Nama, nasab dan asal usul Nabi Hud A.S
Beliau
adalah Nabiyullah Hud A.S bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh bin Lamak bin Matuwsyalikh bin Akhnukh bin Idris bin Ilyarid bin
bin Mihyail bin Qiynan bin Anusy bin
Syits bin Adam shalawatullah ‘alal
anbiya’ ajma’iin. ([1])
Dituturkan oleh Ibnu Jarir dalam kitab Tarikh at
Thabary bahwa beliau adalah Hud bin Abdullah bin Rabbah bin al Khalud bin
‘Ad bin ‘Aus bin Iram bin Saam bin Nuh A.S.([2])
Nabi Hud berasal dari sebuah qobilah bernama ‘Ad bin ‘Aus bin Saam bin Nuh.
Mereka merupakan bangsa Arab yang tinggal di Al Ahqaff, yaitu pegunungan
pasir yang berada di Yaman, antara Oman dan Hadhramaut, berada di kawasan hamparan tanah yang mendekati
lautan bernama Syihir dan lembah yang mereka tinggali disebut Mughits ([3])
Sejarah Nabi Hud a.s
Kisah
Nabiyullah Hud A.S. diceritakan dalam al Qur’an sebanyak 68 ayat dalam 10
surat, diantaranya adalah Q.S. Hud ayat 50-60. Nabiyullah Hud a.s diutus oleh Allah
swt. kepada Kaum ‘Ad. Mereka merupakan orang yang pertama kali menyembah
berhala setelah musibah air bah atau banjir bandang yang ditimpakan kepada kaum
nabi Nuh a.s. Berhala-berhala mereka terdiri dari tiga nama: Shodaa, Shomuda,
dan Hira.
Kaum nabi Hud diberi
kelebihan oleh Allah swt. berupa kekuatan dan keperkasaan jasmani dan watak
yang keras. Karena sifat sombong dan keras kepala Kaum ‘Ad, mereka membangkang
ajakan Nabi Hud untuk menyembah Allah swt karena bagi mereka penyembahan
berhala-berhala itu merupakan ajaran nenek moyang sebelumnya dan tidak boleh
sampai ditinggalkan. Dengan penuh kesabaran dan kelapang dadaan, Nabi Hud terus
mendakwahi mereka namun tetap saja mereka bersikukuh pada keyakinan dan
kepercayaannya dengan menyembah berhala.
Akhirnya kaum ‘Ad pun
dibinasakan oleh Allah swt. pertama-tama dengan turunnya awan mendung yang
disangka mereka akan turun air hujan sehingga bisa diminum. Padahal itu adalah
awal mula turunnya siksa bagi mereka. Kemudian mulai bermunculan petir dan
angin kencang secara terus menerus sampai tujuh malam dan delapan hari sampai
kaum ‘Ad pun binasa.([4])
Letak Maqbarah Nabi Hud A.S.
Lokasi makam Nabi Hud berada di daerah bernama Syi’ib Hud yang
berjarak sekitar kurang lebih 80 km dari kota Tarim dan bisa ditempuh dengan
kendaraan darat sekitar 3 jam.
Letak keberadaan makam Nabi Hud a.s di Hadhramaut ini dibenarkan
dengan beberapa dalil, diantaranya:
·
Firman Allah swt. yang menyebutkan :
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ
بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ
عَظِيمٍ (21Q.S. Al Ahqaf : )
Artinya : “Dan Ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad, yaitu ketika
dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaf dan sesungguhnya telah
terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan
mengatakan), “ Janganlah kalian menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir
kalian akan ditimpa azab hari yang besar” (Q.S Al Ahqaf: 21).
Allah mengutus Nabi Hud
a.s kepada kaumnya di Al Ahqaff dan sebagaimana diketahui bahwa Al Ahqaf
ialah Hadhramaut, tempat tinggalnya kaum ‘Ad dahulu seperti yang dituturkan
oleh mayoritas ulama tafsir dan pakar sejarah.
·
Riwayat Ibnu Jarir at Thabary yang mengkisahkan
bahwanya Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a. berkata pada seorang lelaki yang
datang dari Hadhramaut, “apakah kamu melihat bukit pasir merah yang tercampuri
tanah liat merah dan memiliki pohon arok dan pohon bidara yang banyak di daerah
ini dan ini di Hadhramaut, apakah kamu melihatnya?”, orang itu menjawab, “ Ya,
wahai amirul mu’minin, demi Allah sesungguhnya tuan benar-benar
menggambarkannya seperti orang yang telah melihatnya”. Sayyidina Ali pun berkata,
“ tidaklah demikian, akan tetapi aku pernah diceritakan tentangnya”. Kemudian
orang Hadhramaut itu bertanya,”lantas apa urusan tuan wahai amirul mu’minin?”.
Sayyidina Ali menjawab, “ disana terdapat kuburan Hud sholawatullah ‘alaih”.([5])
·
Ibnu Hisyam Al Humairy dalam kitab “At
Tijan fi Muluk Humair” menuliskan bahwasanya Nabiyullah Hud a.s disemayamkan
di Al Ahqaff, yaitu di suatu tempat yang bernama al Hunaibiq di
samping Al Hafif. Sementara al Hafif adalah nama sebuah sungai yang
Allah keluarkan air penolong dan tumbuhkan buah-buahan semenjak Allah turunkan
tanda-tanda kenabian Hud a.s. dan kini sungai itu berada di dekat pemakaman
Nabi Hud yang sampai sekarang masih mengalir.([6])
Dalil-dalil tentang
benarnya keberadaan makam Nabi Hud a.s. bisa dilihat secara lengkap dalam kitab
Nailul Maqshud fi Masyru’iyyat ziyarati nabiyillah Hud a.s. karangan al Habib
Salim bin Abdillah bin Umar as Syathiry, pengasuh Ribath Tarim- Hadhramaut.
Ziyarah Nabi Hud A.S di Hadhramaut
Dalam
rangka mengenang jasa Nabiyullah Hud a.s ini, masyarakat Hadhramaut
melaksanakan tradisi ziyarah akbar Nabiyullah Hud a.s. yang diselenggarakan
setiap awal bulan Sya’ban, selama 3 hari sekitar tanggal 8-10 Sya’ban. Musim
ziyarah ini biasanya dihadiri oleh ribuan peziyarah yang tidak hanya datang
dari daerah Hadhramaut saja, tetapi juga para peziyarah dari luar Hadhramaut
bahkan dari luar negeri Yaman.
Ziyarah
Nabiyullah Hud a.s memiliki tata cara tersendiri yang diawali dengan ziyarah ke
Zanbal dilanjutkan ke Inat, tempat maqbarah Syeikh Abu Bakar bin Salim, kemudian menuju makam Nabiyullah Hud a.s di
Syi’ib Hud.
Ziyarah
biasanya dilakukan oleh perorangan atau dengan bersama-sama dengan dipimpin
oleh seorang yang dituakan dari keluarga tertentu yang disebut dengan istilah Munshib.
Ziyarah ‘ammah atau bersama-sama ini dilakukan dengan tata cara sesuai
tradisi yang sudah turun temurun diwarisi dari leluhur.
Pertama,
peziyarah berkumpul dahulu di Sungai dekat lokasi makam-Sungai Al Hafif-
Sungai tersebut dikatakan dan diyakini oleh para penduduk setempat termasuk
sungai surga. Mereka mandi disana atau
hanya sekedar wudhu saja.

Kemudian shalat dhuha di Mesjid Syeikh Umar al Muhdhor yang lokasinya dekat sungai jika waktu ziyarah di pagi hari, atau melakukan shalat fardhu berjama’ah jika bertepatan dengan waktu shalat fardhu. Kemudian membaca surat Yasin.
Setelah
itu, rombongan bergerak menuju makam dengan berjalan kaki sambil berdzikir “Subhanallah
wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah allahu akbar”. Sebelum mencapai
makam, rombong akan berhenti di tempat yang berbentuk sumur yang disebut dengan
Bi’ruttaslim (sumur keselamatan). Di tempat ini, para peziyarah membaca
salam kepada Nabi Muhammad saw, Nabi Hud a.s, para malaikat dan para nabi yang
dipimpin oleh munshib.
Kemudian
rombongan kembali berjalan menuju makam. Ketika sampai di makam, rombongan
kembali membaca salam lalu membaca surat Yasin atau surat Hud dan ditutup do’a
yang dipimpin oleh munshib.
Setelah
selesai berdo’a, rombongan berpindah ke tempat di bawah batu besar. Tempat
tersebut dinamakan Naqoh (batu besar). Di tempat ini, para peziyarah
akan membaca maulid Nabi, mendengarkan syai’r-sya’ir yang berisi pujian pada
Rasulullah saw. atau petuah dan nasihat. Kemudian seorang atau dua orang ulama
akan berceramah dan yang lain mendengarkan sampai acara ditutup dengan do’a.
Tradisi Ziyarah Para Habaib Hadhramaut
Keluarga atau kabilah tertentu di
Hadhramaut biasanya memiliki jadwal khusus dalam ziyarah Nabiyullah Hud ini.
Diantaranya pelaksanaan ziyarah mulai pagi hari tanggal 8 Sya’ban dilakukan
oleh keluarga Al Habsyi dari kota Houthoh. Sorenya dilakukan oleh keluarga Al
Habsyi dari kota Seiyun.
Pada
tanggal 9 Sya’ban pagi hari sekitar jam delapan dilaksanakan ziyarah oleh
keluarga Balfaqih, dan disusul oleh rombongan keluarga Al Haddad. Sorenya
ziyarah rombongan kelurga Bin Hamid Ba’lawy.
Pada
tanggal 10 Sya’ban atau hari terakhir di pagi hari sekitar jam delapan ialah
jadwal keluarga Bin Syihabuddin dan rombongan terakhir keluarga Bin Syeikh Abi
Bakar bin Salim yang dimulai sekitar jam Sembilan dan diikuti oleh ribuan
peziarah. Kemudian sore harinya tanggal 10 Sya’ban, para peziyarah meninggalkan
lokasi makam kembali ke daerahnya masing-masing. # wallahu a’lam.

[2] Tarikh at Thabary, Ibnu Jarir At Thabary (1/216).
[3] Qoshoshul Anbiya, Ibnu Katsir (1/125) .
[5] Tafsir
Jami’ al Bayan, Ibnu Jarir at Thobary (8/507) dan diriwayatkan pula oleh Imam
Al Bukhory dalam at Tarikh al Kabir (1/1/135 no. 304)
[6] At Tijan fi
Muluk Humair, Ibn Hisyam al Humairy hal. 45. dan Badhoi’u at Tabut, Abdurrahman
bin Ubaidillah as Segaf (1/91)
0 comments:
Post a Comment