Pages

Wednesday, April 09, 2014

Tapak Tilas Para Nabi di Negeri Yaman # Chapter 1: Nabiyullah Hud A.S.





Nama, nasab dan asal usul Nabi Hud A.S
            Beliau adalah Nabiyullah Hud A.S bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Saam bin Nuh bin Lamak bin Matuwsyalikh bin Akhnukh bin Idris bin Ilyarid bin bin Mihyail bin Qiynan bin  Anusy bin Syits bin Adam  shalawatullah ‘alal anbiya’ ajma’iin. ([1])
            Dituturkan oleh Ibnu Jarir dalam kitab Tarikh at Thabary bahwa beliau adalah Hud bin Abdullah bin Rabbah bin al Khalud bin ‘Ad bin ‘Aus bin Iram bin Saam bin Nuh A.S.([2])
            Nabi Hud berasal dari sebuah  qobilah bernama ‘Ad bin ‘Aus bin Saam bin Nuh. Mereka merupakan bangsa Arab yang tinggal di Al Ahqaff, yaitu pegunungan pasir yang berada di Yaman, antara Oman dan Hadhramaut,  berada di kawasan hamparan tanah yang mendekati lautan bernama Syihir dan lembah yang mereka tinggali disebut Mughits ([3])         

Sejarah Nabi Hud a.s
            Kisah Nabiyullah Hud A.S. diceritakan dalam al Qur’an sebanyak 68 ayat dalam 10 surat, diantaranya adalah Q.S. Hud ayat 50-60. Nabiyullah Hud a.s diutus oleh Allah swt. kepada Kaum ‘Ad. Mereka merupakan orang yang pertama kali menyembah berhala setelah musibah air bah atau banjir bandang yang ditimpakan kepada kaum nabi Nuh a.s. Berhala-berhala mereka terdiri dari tiga nama: Shodaa, Shomuda, dan Hira.
Kaum nabi Hud diberi kelebihan oleh Allah swt. berupa kekuatan dan keperkasaan jasmani dan watak yang keras. Karena sifat sombong dan keras kepala Kaum ‘Ad, mereka membangkang ajakan Nabi Hud untuk menyembah Allah swt karena bagi mereka penyembahan berhala-berhala itu merupakan ajaran nenek moyang sebelumnya dan tidak boleh sampai ditinggalkan. Dengan penuh kesabaran dan kelapang dadaan, Nabi Hud terus mendakwahi mereka namun tetap saja mereka bersikukuh pada keyakinan dan kepercayaannya dengan menyembah berhala.
Akhirnya kaum ‘Ad pun dibinasakan oleh Allah swt. pertama-tama dengan turunnya awan mendung yang disangka mereka akan turun air hujan sehingga bisa diminum. Padahal itu adalah awal mula turunnya siksa bagi mereka. Kemudian mulai bermunculan petir dan angin kencang secara terus menerus sampai tujuh malam dan delapan hari sampai kaum ‘Ad pun binasa.([4])

Letak Maqbarah Nabi Hud A.S.
            Lokasi makam Nabi Hud berada di daerah bernama Syi’ib Hud yang berjarak sekitar kurang lebih 80 km dari kota Tarim dan bisa ditempuh dengan kendaraan darat sekitar 3 jam.
            Letak keberadaan makam Nabi Hud a.s di Hadhramaut ini dibenarkan dengan beberapa dalil, diantaranya:
·         Firman Allah swt. yang menyebutkan :
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21Q.S. Al Ahqaf : )
Artinya : “Dan Ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad, yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan), “ Janganlah kalian menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa azab hari yang besar” (Q.S Al Ahqaf: 21).
      Allah mengutus Nabi Hud a.s kepada kaumnya di Al Ahqaff dan sebagaimana diketahui bahwa Al Ahqaf ialah Hadhramaut, tempat tinggalnya kaum ‘Ad dahulu seperti yang dituturkan oleh mayoritas ulama tafsir dan pakar sejarah.
·         Riwayat Ibnu Jarir at Thabary yang mengkisahkan bahwanya Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a. berkata pada seorang lelaki yang datang dari Hadhramaut, “apakah kamu melihat bukit pasir merah yang tercampuri tanah liat merah dan memiliki pohon arok dan pohon bidara yang banyak di daerah ini dan ini di Hadhramaut, apakah kamu melihatnya?”, orang itu menjawab, “ Ya, wahai amirul mu’minin, demi Allah sesungguhnya tuan benar-benar menggambarkannya seperti orang yang telah melihatnya”. Sayyidina Ali pun berkata, “ tidaklah demikian, akan tetapi aku pernah diceritakan tentangnya”. Kemudian orang Hadhramaut itu bertanya,”lantas apa urusan tuan wahai amirul mu’minin?”. Sayyidina Ali menjawab, “ disana terdapat kuburan Hud sholawatullah ‘alaih”.([5])    
·         Ibnu Hisyam Al Humairy dalam kitab “At Tijan fi Muluk Humair” menuliskan bahwasanya Nabiyullah Hud a.s disemayamkan di Al Ahqaff, yaitu di suatu tempat yang bernama al Hunaibiq di samping Al Hafif. Sementara al Hafif adalah nama sebuah sungai yang Allah keluarkan air penolong dan tumbuhkan buah-buahan semenjak Allah turunkan tanda-tanda kenabian Hud a.s. dan kini sungai itu berada di dekat pemakaman Nabi Hud yang sampai sekarang masih mengalir.([6])
Dalil-dalil tentang benarnya keberadaan makam Nabi Hud a.s. bisa dilihat secara lengkap dalam kitab Nailul Maqshud fi Masyru’iyyat ziyarati nabiyillah Hud a.s. karangan al Habib Salim bin Abdillah bin Umar as Syathiry, pengasuh Ribath Tarim- Hadhramaut.
  
Ziyarah Nabi Hud A.S di Hadhramaut
            Dalam rangka mengenang jasa Nabiyullah Hud a.s ini, masyarakat Hadhramaut melaksanakan tradisi ziyarah akbar Nabiyullah Hud a.s. yang diselenggarakan setiap awal bulan Sya’ban, selama 3 hari sekitar tanggal 8-10 Sya’ban. Musim ziyarah ini biasanya dihadiri oleh ribuan peziyarah yang tidak hanya datang dari daerah Hadhramaut saja, tetapi juga para peziyarah dari luar Hadhramaut bahkan dari luar negeri Yaman.
            Ziyarah Nabiyullah Hud a.s memiliki tata cara tersendiri yang diawali dengan ziyarah ke Zanbal dilanjutkan ke Inat, tempat maqbarah Syeikh Abu Bakar bin Salim,  kemudian menuju makam Nabiyullah Hud a.s di Syi’ib Hud.
            Ziyarah biasanya dilakukan oleh perorangan atau dengan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang dituakan dari keluarga tertentu yang disebut dengan istilah Munshib. Ziyarah ‘ammah atau bersama-sama ini dilakukan dengan tata cara sesuai tradisi yang sudah turun temurun diwarisi dari leluhur.
            Pertama, peziyarah berkumpul dahulu di Sungai dekat lokasi makam-Sungai Al Hafif- Sungai tersebut dikatakan dan diyakini oleh para penduduk setempat termasuk sungai surga. Mereka mandi disana  atau hanya sekedar wudhu saja.
           
Kemudian shalat dhuha di Mesjid Syeikh Umar al Muhdhor yang lokasinya dekat sungai jika waktu ziyarah di pagi hari, atau melakukan shalat fardhu berjama’ah jika bertepatan dengan waktu shalat fardhu. Kemudian membaca surat Yasin.
            Setelah itu, rombongan bergerak menuju makam dengan berjalan kaki sambil berdzikir “Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah allahu akbar”. Sebelum mencapai makam, rombong akan berhenti di tempat yang berbentuk sumur yang disebut dengan Bi’ruttaslim (sumur keselamatan). Di tempat ini, para peziyarah membaca salam kepada Nabi Muhammad saw, Nabi Hud a.s, para malaikat dan para nabi yang dipimpin oleh munshib.
            Kemudian rombongan kembali berjalan menuju makam. Ketika sampai di makam, rombongan kembali membaca salam lalu membaca surat Yasin atau surat Hud dan ditutup do’a yang dipimpin oleh munshib.
            Setelah selesai berdo’a, rombongan berpindah ke tempat di bawah batu besar. Tempat tersebut dinamakan Naqoh (batu besar). Di tempat ini, para peziyarah akan membaca maulid Nabi, mendengarkan syai’r-sya’ir yang berisi pujian pada Rasulullah saw. atau petuah dan nasihat. Kemudian seorang atau dua orang ulama akan berceramah dan yang lain mendengarkan sampai acara ditutup dengan do’a.

Tradisi Ziyarah Para Habaib Hadhramaut    
            Keluarga atau kabilah tertentu di Hadhramaut biasanya memiliki jadwal khusus dalam ziyarah Nabiyullah Hud ini. Diantaranya pelaksanaan ziyarah mulai pagi hari tanggal 8 Sya’ban dilakukan oleh keluarga Al Habsyi dari kota Houthoh. Sorenya dilakukan oleh keluarga Al Habsyi dari kota Seiyun.
            Pada tanggal 9 Sya’ban pagi hari sekitar jam delapan dilaksanakan ziyarah oleh keluarga Balfaqih, dan disusul oleh rombongan keluarga Al Haddad. Sorenya ziyarah rombongan kelurga Bin Hamid Ba’lawy.
            Pada tanggal 10 Sya’ban atau hari terakhir di pagi hari sekitar jam delapan ialah jadwal keluarga Bin Syihabuddin dan rombongan terakhir keluarga Bin Syeikh Abi Bakar bin Salim yang dimulai sekitar jam Sembilan dan diikuti oleh ribuan peziarah. Kemudian sore harinya tanggal 10 Sya’ban, para peziyarah meninggalkan lokasi makam kembali ke daerahnya masing-masing. # wallahu a’lam.


[1] 
[2]  Tarikh at Thabary, Ibnu Jarir At Thabary (1/216).
[3]  Qoshoshul Anbiya, Ibnu Katsir (1/125) .
[4]  Nailul Maqshud fi Masyru’iyyati ziyarati nabiyullah Hud A.S (15-47), diringkas.
[5] Tafsir Jami’ al Bayan, Ibnu Jarir at Thobary (8/507) dan diriwayatkan pula oleh Imam Al Bukhory dalam at Tarikh al Kabir (1/1/135 no. 304)
[6] At Tijan fi Muluk Humair, Ibn Hisyam al Humairy hal. 45. dan Badhoi’u at Tabut, Abdurrahman bin Ubaidillah as Segaf (1/91)

0 comments:

Post a Comment