Oleh : Thohirin Shodiq eL Syirbony*
“Syekh Abdul Wahab bercerita dari Syekh Zakariya sendiri. Beliau bercerita, selama ada di al-Azhar, aku sering kelaparan karena tidak punya uang untuk membeli makanan. Akhirnya, aku keluar mencari kulit semangka lalu dicuci dan dimakan.”
I. Prolog
Figure atau sosok dari sang tokoh fenomenal yang telah memberi sumbangsih peradaban merupakan hal yang relevan untuk dikaji sebagai teladan. karena tidak semua ulama’ mempunyai rekam jejak yang mana dengan mudah kita peroleh begitu saja, sulitnya menemukan beberapa jejaknya karena mereka menyembunyikan amal baiknya dari khalayak ramai atau awam. Berangkat dari sebuah kebutuhan, maka perlunya dilakukan riset ilmiah guna membukukan biografi atau sekedar selayang pandang sang tokoh sebagai bahan kajian.
Zakariya Al-Anshori yang masyhur dengan Syaikhul Islam, adalah salah satu ulama yang mempunyai andil didalam kodifikasi ilmu islam. Karya beliau tidak hanya terbatas di satu bidang melainkan di berbagai bidang.
II. Nama Lengkap dan Nasab Syaikh Zakariya Al-Anshori.
Nama lengkap Syaikh Zakaria al-Anshory adalah Zainuddin Abu Yahya Zakariya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria bin Dawud bin Humaid bin Usamah bin Abdul Maula al-Anshory as-Subky al-Qohiry al-Azhary as-Syafi’I. Laqob atau julukan beliau Zainuddin dan Syaikhul Islam, sedangkan kunyah beliau adalah Abu Yahya.[1]
III. Kelahiran Syaikh Zakariya Al-Anshori
Syaikh Zakaria an-Anshory dilahirkan di desa Sunaikah, sebuah desa di sebelah timur Mesir pada tahun 824 H, menurut Imam Sayuti[2] dan Ibnu Iyyas.[3]
Sedangkan menurut as-Sakhowy[4] dan sebagian ulama seperti al-‘Aidarusy[5], Ibnu Tholun[6], Ibnu Imad[7] dan yang lainnya, Syaikh Zakaria an-Anshory dilahirkan pada tahun 826 H.
Adapun menurut Najmuddin al-Ghuzzy, sebagaimana yang telah Ia nukil dari Ayahnya, Syaikh Zakaria an-Anshory lahir pada tahun 823 H[8]. Dalam hal ini pendapat as-Sayuty dan Ibnu Iyyas lah yang dikuatkan, karena kebanyakan Ulama yang menulis biografi Syaikh Zakariya al-Anshory beliau wafat pada usia seratus tahun, dan juga as-Sayuty sezaman dengan beliau, dan Ibnu Iyyas sendiri ikut menghadiri pemakaman beliau.[9] Tahun 823 H bertepatan dengan tahun 1418 H.[10]
1.
Putra-
putra Syaikh Zakariya al-Anshori
Dari sekian banyak Ulama yang menulis biografi Syaikh
Zakariya an-Anshory, tidak ada satupun yang menulis kapan dan dengan siapa
beliau menikah. Namun mereka menulis sebagian nama para putra beliau. Disalah
satu biografi, pertama kali beliau dikaruniai anak pada tahun 871 H. Ini
menunnjukkan bahwa beliau menikah sebelum tahun tersebut. Beliu banyak
dikaruniai anak-anak yang sholeh. Diantara putra beliau adalah:
1.
Muhyiddin
Abu As-Su’ud Yahya bin Zakariya[11], yang kelak menjadi kunyah bagi Syaikh
Zakariya. Beliau dulu membantu syaikh dalam membaca dan menulis. Beliau wafat
pada tahun 897 H karena wabah penyakit Tho’un.[12]
2.
Jamaluddin
Yusuf bin Zakariya.[13] Beliau adalah seorang Saikh yang alim, sholih dan
berakhlak mulia. Beliau belajar langsung dari Ayahnya. Beliau wafat pada tahun
987 H.
1.
Muhibbuddin
Abu Al-Futuh Muhammad bin Zakariya.[14] Beliau lahir pada tahun 861 H, dididik
langsung oleh Ayahnya sampai dapat menghafal al-qur’an, kitab al- ‘umdah,
as-syatibiyyah, alfiyah hadits dan alfiyah nahwu dan dua kitab minhaj didalam
fan fikih dan usul fikih. Tidak ada yang mencatat tanggal kewafatan beliau.
2.
Ibnu
Iyyas meriwayatkan dari Syaikh, bahwasannya beliau mempunyai seorang anak dari
budak perempuanya yang hitam.[15]
1.
Sekilas
Tentang Kehidupan dan Proses Syaikh Zakariya Al-Anshori dalam Menuntut Ilmu[16]
Syaikh Zakariya Al-Anshory hidup dan tumbuh di desa
Sukainah. Diusianya yang masih dini beliau belajar di maktab Sunaikah untuk
menghafal al-qur’an dan beberapa kitab mukhtashor. Diusia tersebut Ayahnya
wafat tanpa meninggalkan harta sedikitpun karena faqir. Beliaupun diasuh oleh
Ibunya yang sholehah. Kemudian beliau diserahkan kepada seorang Syaikh yang
sholeh untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan beliau, baik pakaian, ataupun
makanannya. Menerut Al-Ghuzzi, Syaikh tersebut bernama Robi’ bin Syaikh
Al-Mushtholim Abdullah As-Sullami As-Syambari.[17] Akhirnya beliaupun dapat
mengkhtamkan al-qu’annya, dan kitab ‘umdatul ahkam, serta kitab- kitab
mukhtashor lainnya.
Pada tahun 841 H, beliau pergi ke kota Kairo dan belajar di Al-Azhar. Beliau mendapati kesusahan dan kefakiran dimasa-masa tersebut. Dari Syekh Zakariya sendiri, beliau bercerita, selama ada di al-Azhar, aku sering kelaparan karena tidak punya uang untuk membeli makanan. Akhirnya, aku keluar mencari kulit semangka lalu dicuci dan dimakan. Pada suatu hari, ada seorang waliyullah tinggal bersamaku. Dia bekerja sebagai tukang tumbuk dai sebuah perusahaan tepung. Ia membeli semua yang aku butuhkan, pakaian, makanan, kitab dan lainnya.[18] Ia berkata padaku, “Wahai Zakariya, kau jangan khawatir tentang diriku”. Hal ini terus ia lakukan sampai beberapa tahun.
Pada suatu malam, di saat manusia sedang terlelap tidur, dia mengajakku keluar dan menyuruhku menaiki menara masjid jami’ sampai kepuncaknya, akupun menuruti perintahnya. Setelah sampai di puncaknya, aku turun lalu ia berkata, “ Engkau akan hidup sampai teman-temanmu meninggal. Engkau mempunyai derajat tinggi yang dapat mengalahkan mereka dan kau akan menjadi hakim tertinggi dalam waktu yang agak lama. Santri-santrimu akan menjadi pemimpin-pemimpin Islam dan akhirnya kau akan buta”, “Aku akan buta?” tanyaku terkejut. “kau akan buta,” jawab sang wali. “Sejak peristiwa itu, lelaki yang sangat berjasa kepadaku itu pergi entah kemana dan tidak pernah menemuiku lagi.” Beliau dapat menghafalkan kitab mukhtashor At-Tabrizy, Al-Minhaj, Alfiyah Ibnu Malik, As-Syatibiyyah, Ar-Ro’iyah dan sebagian dari kitab Al-Minhaj al-Ashly, Alfiyah Hadits, At-Tashil.
Kemudian beliau kembali ke daerah asalnya dan menetap disana beberapa saat. Setelah itu beliau kembali lagi ke Kairo unuk yang kedua kalinya untuk menuntut ilmu.
Beliau belajar qiro’at dari An-Nur Al-Balbisy, Imam Masjid Al-Azhar, Az-Zain Ar-Ridhwan, As-Syihab Al-Qoloily As-Sakandary, Az- Zain bin ‘Ayasy dan yang lainnya.
Beliau belajar fikih dari Ali Al-Qoyaty, Al-Balqiny, Sarofuddin As-Subky, Sarofuddin Al-Munawy dan yang lainnya.
Beliau mengambil hadits dari Ibnu Hajar Al-‘Asqolany, Az-Zain Ar-Ridhwan, dan Al-Qoyaty.
Beliau belajar Usul Fikih dan Al-Mantiq dibawah bimbingan Al-Qoyaty, Al-Kafijy, Ibnu Al-Hamam dan lainnya.
Beliau belajar Usuluddin dari ‘Izzuddin Abdussalam Al-Baghdady, As-Syarwany, Muhammad bin Muhammad bin Mahmud yang dikenal dengan Al-Bukhory dan yang lainnya.
Beliau belajar ilmu Nahwu, Shorof dan Balaghoh dari ‘Izzuddin, As-Syarwany, Muhammad Al-Kailany, Al-Kafijy, dan Ibnu Hajar Al-‘Asqolany.
Beliau belajar Tashowwuf pada Abu ‘Abdillah Al-Ghomry, As-Syihab Ahmad Al-Adkawy, dan Muhammad Al-Fawwy.
Beliau belajar ilmu Al-Hai’at, Arsitektur, Miqot, Faro’id, Matematika, Al-Jabar, dan yang lain sebagainya dari As-Syihab Ibnu Al-Majdy.
Beliau belajar ilmu kedokteran dari As-Syarof bin Al-Khosab.
Pada tahun 850 H, beliau meninggalkan Mesir menuju ke Hijaz untuk menunaikan Ibadah Haji.[19] Disana beliau bertemu dengan beberapa Ulama dan belajar kepada mereka, khususnya ilmu hadits, dimana beliau mendapatkan ijazah dengan sanad yang ‘aly dan langka. Diantara Ulama yang mengijazahi beliau adalah As-Syarof Abul Fath Al-Maroghy. Beliau juga bertemu dengan Ibnu Fahd dan dua Qodi, Abul Yaman An-Nuwairy dan Abu As-Sa’adat Ibnu Dzohiroh.
Syaikh Zakariya Al-Anshory belajar dari banyak Ulama, tidak sedikit juga ulama yang mengijazahkan kepada beliau. Disebutkan di buku ijazah beliau jumlahnya lebih dari 117 (seratus tujuh belas), menurut Al-Ghuzzy, lebih dari 150 (seratus lima puluh).[20]
Ilmu beliau terus bertambah, sehingga beliau mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di masanya. Banyak Ulama yang memberi izin kepada beliau untuk mengajar dan berfatwa, diantaranya Ibnu Hajar Al-Asqolany.[21] Beliau sibuk mengajar, memimpin banyak jabatan di beberapa madrasah, dan mengarang kitab. Beliau memimpin jabatan qodhi agung dalam masa yang cukup lama kurang lebih 20 tahun. Allah memberikan umur panjang kepada beliau. Beliau masih tetap mengajar dan mengarang kitab dengan dibantu para murid-muridnya sampai akhirnya beliau wafat pada tahun 926 H.
Pada tahun 841 H, beliau pergi ke kota Kairo dan belajar di Al-Azhar. Beliau mendapati kesusahan dan kefakiran dimasa-masa tersebut. Dari Syekh Zakariya sendiri, beliau bercerita, selama ada di al-Azhar, aku sering kelaparan karena tidak punya uang untuk membeli makanan. Akhirnya, aku keluar mencari kulit semangka lalu dicuci dan dimakan. Pada suatu hari, ada seorang waliyullah tinggal bersamaku. Dia bekerja sebagai tukang tumbuk dai sebuah perusahaan tepung. Ia membeli semua yang aku butuhkan, pakaian, makanan, kitab dan lainnya.[18] Ia berkata padaku, “Wahai Zakariya, kau jangan khawatir tentang diriku”. Hal ini terus ia lakukan sampai beberapa tahun.
Pada suatu malam, di saat manusia sedang terlelap tidur, dia mengajakku keluar dan menyuruhku menaiki menara masjid jami’ sampai kepuncaknya, akupun menuruti perintahnya. Setelah sampai di puncaknya, aku turun lalu ia berkata, “ Engkau akan hidup sampai teman-temanmu meninggal. Engkau mempunyai derajat tinggi yang dapat mengalahkan mereka dan kau akan menjadi hakim tertinggi dalam waktu yang agak lama. Santri-santrimu akan menjadi pemimpin-pemimpin Islam dan akhirnya kau akan buta”, “Aku akan buta?” tanyaku terkejut. “kau akan buta,” jawab sang wali. “Sejak peristiwa itu, lelaki yang sangat berjasa kepadaku itu pergi entah kemana dan tidak pernah menemuiku lagi.” Beliau dapat menghafalkan kitab mukhtashor At-Tabrizy, Al-Minhaj, Alfiyah Ibnu Malik, As-Syatibiyyah, Ar-Ro’iyah dan sebagian dari kitab Al-Minhaj al-Ashly, Alfiyah Hadits, At-Tashil.
Kemudian beliau kembali ke daerah asalnya dan menetap disana beberapa saat. Setelah itu beliau kembali lagi ke Kairo unuk yang kedua kalinya untuk menuntut ilmu.
Beliau belajar qiro’at dari An-Nur Al-Balbisy, Imam Masjid Al-Azhar, Az-Zain Ar-Ridhwan, As-Syihab Al-Qoloily As-Sakandary, Az- Zain bin ‘Ayasy dan yang lainnya.
Beliau belajar fikih dari Ali Al-Qoyaty, Al-Balqiny, Sarofuddin As-Subky, Sarofuddin Al-Munawy dan yang lainnya.
Beliau mengambil hadits dari Ibnu Hajar Al-‘Asqolany, Az-Zain Ar-Ridhwan, dan Al-Qoyaty.
Beliau belajar Usul Fikih dan Al-Mantiq dibawah bimbingan Al-Qoyaty, Al-Kafijy, Ibnu Al-Hamam dan lainnya.
Beliau belajar Usuluddin dari ‘Izzuddin Abdussalam Al-Baghdady, As-Syarwany, Muhammad bin Muhammad bin Mahmud yang dikenal dengan Al-Bukhory dan yang lainnya.
Beliau belajar ilmu Nahwu, Shorof dan Balaghoh dari ‘Izzuddin, As-Syarwany, Muhammad Al-Kailany, Al-Kafijy, dan Ibnu Hajar Al-‘Asqolany.
Beliau belajar Tashowwuf pada Abu ‘Abdillah Al-Ghomry, As-Syihab Ahmad Al-Adkawy, dan Muhammad Al-Fawwy.
Beliau belajar ilmu Al-Hai’at, Arsitektur, Miqot, Faro’id, Matematika, Al-Jabar, dan yang lain sebagainya dari As-Syihab Ibnu Al-Majdy.
Beliau belajar ilmu kedokteran dari As-Syarof bin Al-Khosab.
Pada tahun 850 H, beliau meninggalkan Mesir menuju ke Hijaz untuk menunaikan Ibadah Haji.[19] Disana beliau bertemu dengan beberapa Ulama dan belajar kepada mereka, khususnya ilmu hadits, dimana beliau mendapatkan ijazah dengan sanad yang ‘aly dan langka. Diantara Ulama yang mengijazahi beliau adalah As-Syarof Abul Fath Al-Maroghy. Beliau juga bertemu dengan Ibnu Fahd dan dua Qodi, Abul Yaman An-Nuwairy dan Abu As-Sa’adat Ibnu Dzohiroh.
Syaikh Zakariya Al-Anshory belajar dari banyak Ulama, tidak sedikit juga ulama yang mengijazahkan kepada beliau. Disebutkan di buku ijazah beliau jumlahnya lebih dari 117 (seratus tujuh belas), menurut Al-Ghuzzy, lebih dari 150 (seratus lima puluh).[20]
Ilmu beliau terus bertambah, sehingga beliau mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di masanya. Banyak Ulama yang memberi izin kepada beliau untuk mengajar dan berfatwa, diantaranya Ibnu Hajar Al-Asqolany.[21] Beliau sibuk mengajar, memimpin banyak jabatan di beberapa madrasah, dan mengarang kitab. Beliau memimpin jabatan qodhi agung dalam masa yang cukup lama kurang lebih 20 tahun. Allah memberikan umur panjang kepada beliau. Beliau masih tetap mengajar dan mengarang kitab dengan dibantu para murid-muridnya sampai akhirnya beliau wafat pada tahun 926 H.
1.
Guru-
guru Pembimbing Syaikh Zakariya Al-Anshori
Guru Syaikh Zakariya Al-Anshory sangat banyak sekali
sehingga tidak memungkinkan untuk menyebutkan semuanya, apalagi mengetahui
biografinya dengan detail. Untuk itu disini akan disebutkan diantara guru-guru
beliau yang masyhur saja. Dantaranya adalah:
1.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar Al-Asqolany
2.
Al-Imam
Jalaluddin Al-Mahally
3.
Al-Qoyaty[22]
4.
Az-Zain
Ar-Ridhwan[23]
5.
Al-Kamal
bin Al-Hamam[24]
6.
Alam
Al-Balqiny
7.
Syarof
Al-Munawy
8.
Al-Kafijy
9.
Zainab
As-Syubaky
1.
Murid-murid
Syaikh Zakariya Al-Anshori
Syaikh Zakariya al-Anshory mumpuni dalam segala bidang.
Tidak sedikit dari para pencari ilmu datang ke beliau untuk menuntut ilmu.
Mereka datang dari Hijaz Syam dan lain sebagainya. Selain mempunyai guru yang
sangat banyak, beliau juga mempunyai murid yang sangat banyak. Diantara murid
beliau adalah:
1.
Syihabuddib
Ar-Romly
2.
Syihabuddin
Umairoh Al-Barlasy
3.
Nashiruddin
At-Thoblawy
4.
As-Sya’rony
5.
Ibnu
Hajar Al-Haitamy
6.
Al-Khotib
As-Syarbiny
1.
Pangkat
dan Jabatan Syaikh Zakariya Al-Anshori
Syaikh Zakariya Al-Anshory hidup pada masa pemerintahan
Al-Mamalik. Selain beliau mumpuni dalam berbagai bidang ilmu, beliau juga
berumur panjang. Semasa hidupnya, beliau menduduki banyak pangakat dan jabatan.
Adapun pangkat atau jabatan yang beliau duduki selama hidupnya adalah:
1.
Menjadi
Syaikh atau pemimpin tashowwuf di masjid Al-‘Alam bin Al-Ji’an.[25]
2.
Menjadi
syaikh atau pemimpin tashowwuf di masjid At-Thowasyi.
3.
Menjadi
guru pembantu (Asisten Dosen) di Al-Azhar pada masa-masa awal belajarnya.
4.
Menjadi
staf pengajar di Turbah Ad-Dzahir Abu Sa’id Khosyqodam, seorang sultan pada
saat itu.
5.
Menjadi
staf pengajar di Madrasah As-Sabiqiyyah, sebuah madrasah yang dikhususkan untuk
ulama syafi’iyyah.[26]
6.
Mengajar
di Madrasah As-Sholahiyyah, setelah wafatnya Taqiyyuddin Al-Hushny.[27]
7.
Menjadi
Pengawas Badan Perwaqofan Al-Qorofah, dan Masjid Imam Syafi’I.
8.
Menjabat
sebagai Qodhil Qudhot, Qodhi Agung dari tahun 886 H- 906 H. Sekitar 20 tahun
beliau menduduki jabatan tersebut sampai beliau terkena musibah kebuta’an dan
kemudian diturunkan.[28] Menurut riwayat lain beliau dilengserkan dari jabatan
sebab surat yang beliau kirimkan kepada sultan, menyatakan bahwa Ia dzolim.[29]
1.
Kefawatan Syaikh
Zakariya Al-Anshori
Syaikh Zakariya Al-Anshory wafat pada bulan Dzul Hijjah
tahun 926 H[30] dalam usianya yang lebih dari 102 tahun.Tahun tersebut
bertepatan dengan tahun 1520 M.[31]
1.
Buah
Karya Syaikh Zakariya Al-Anshory
1.
Ihkamuddalalah
‘Ala tahriri Syarh Al-Risalah, kitab syarh Al-Risalah Al-Qusyairiyyah. Sudah
tercetak.
2.
Al-Adab,
atau Ilmu Adab Al-Bahts
3.
Al-Adab
fi Ta’rif Al-Arb
4.
Adab
Al-Qhodhy (‘Ala Al-Madzhab Al-Syafi’I).
5.
Asna
Al-Matholib fi Syarh Raudh Al-Tholib
6.
As’ilatun
Haula Ayatin min Al-Qur’an.
7.
Al-Adhwa’
Al-Bahjah fi Ibrozi Daqo’iq Al-Munfarijah.
8.
I’rob
Al-Qur’an.
9.
Al-I’lam
bi Ahadits Al-Ahkam
10.
Al-I’lam
wa Al-Ihtimam li Jam’I Fatawa Syaikh Al-Islam.
11.
Aqsho
Al-Amany fi ‘Ilmi Al-badi’ wa Al-Bayan wa Al-Ma’any
12.
Bulugh
Al-Arb bi Syarh Syudzur Al-Dzahab li Ibn Hisyam.
13.
Bahjah
Al-Hawy, dalam fan ilmu fikih.
14.
Tahrir
Tangqih Al-Lubab, dalam fan fikih.
15.
Tuhfah
Al-Bary bi Syarh Shohih Al-Bukhory.
16.
Tuhfah
Al-Roghibin fi Bayani Amri Al-Thwa’in.
17.
Tuhfah
Al-Thullab bi Syarh Tahrir Tangqih Al-Lubab.
18.
Al-Tuhfah
Al-‘Aliyyah fi Al-Khutob Al-Mimbariyyah.
19.
Tuhfah
Nujaba Al-‘Ashri fi Ahkam Al-Nun As-Sakinah wa Al-Tanwin wa Al-Mad wa
Al-Qoshri.
20.
Ta’rifat
Al-Qodhy Zakariya Al-Anshory.
21.
Talkhis
Al-Azhiyah fi Ahkam Al-‘Ad’iyah.
22.
Talkhis
Taqrib Al-Nasyr, dalam fan ilmu qiro’at.
23.
Tsabat
Syuyukh Al-Anshory.
24.
Hasyiah
‘Ala Al-Talwih li Al-Sa’d Al-Taftazany.
25.
Hasyiah
‘Ala Al-Hawasyi Al-Mufhimah fi Syarh Al-Muqoddimah. Yang dimaksud adalah
Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah.
26.
Hasyiah
‘Ala Jam’I Al-Jawami’, dalam fan usul fikih.
27.
Khulashoh
Al-Fawa’id Al-Muhammadiyah fi Syarh Al-Bahjah Al-Wirdiyah.
28.
Al-Duror
Al-Saniyyah fi Syarh Al-Alfiyah. Yang dimaksud adalah Alfiyah Ibnu Malik, dalam
fan ilmu nahwu.
29.
Al-Daqo’iq
Al-Muhkamah fi Syarh Al-Muqoddimah.
30.
Diwanu
syi’rihi, kumpulan syi’ir- syi’ir beliau.
31.
Risalah
fi Isthilahat Al-Shufiyah.
32.
Al-Zubdah
Al-Ro’iqoh fi Syarh Al-Burdah Al-Fa’iqoh.
33.
Syarh
Al-Arba’in Al-Nawawiyyah.
34.
Syarh
Isaghujy, dalam fan ilmu mantiq.
35.
Syarh
Al-Syamsiyah, dalam fan mantiq juga.
36.
Syarh
Shohih Muslim.
37.
Syarh
Dhobithoh Al-Asykal Al-Arba’ah.
38.
Syarh
Mukhtashor Al-‘Ain fi Al-Fath wa Al-Imalah baina Al-Lafdzoin.
39.
Syarh
Mukhtashor Al-Muzany.
40.
Syarh
Minhaj li Al-Baidhowy.
41.
Imad
Al-Ridho bi Bayani Adab Al-Qodho.
42.
Ghoyah
Al-Wushul ila Lubbi Al-Ushul.
43.
Al-Ghuror
Al-Bahiyyah fi Syarh Al-Bahjah Al-Wirdiyah.
44.
Fath
Al-Ilah Al-Majid bi Idhohi Syarh Al-‘Aqo’id.
45.
Fath
Al-Baqy bi Syarh Alfiyah Al-‘Iroqy.
46.
Fath
Al-Jalil bi Bayani Khofyi Anwar Al-Tanzil.
47.
Fathu
Rob Al-Bariyyah bi Syarh Al-Qoshidah Al-Khozrojiyyah, dalam fan ilmu ‘Arudh.
48.
Fath
Al-Rohman bi Syarh Luqothoh Al-‘Ajlaan.
49.
Fath
Al-Rohman bi Syarh Risalah Al-Waliy Arsalan.
50.
Fath
Al-Rohman bi Kasyfi ma Yaltabisu fi Al-Qur’an, dalam fan tafsir.
51.
Fath
Al-‘Alam bi Syarh Ahadits Al-Ahkam.
52.
Fath
Al-Mubdi’ fi Syarh Al-Muqni’.
53.
Fath
Munazzil Al-Matsany bi Syarh Aqsho Al-Amany fi Al-Bayani wa Al-Badi’ wa
Al-Ma’any.
54.
Fath
Al-Wahhab bi Syarh Al-Adab.
55.
Fath
Al-Wahhab bi Syarh Manhaj Al-Thullab.
56.
Fath
Al-Wahhab bi Ma Yajibu Ta’allumuhu ‘Ala Dzawi Al-Albab, dalam fan ilmu kalam.
57.
Al-Fathah
Al-Insiyyah li Gholqi Al-Tuhfah Al-Qudsiyyah.
58.
Al-Futuhat
Al-Ilahiyyah fi Nafhi Arwah Al-Dzawat Al-Insaniyyah, dalam fan ilmu Tashowwuf.
59.
Lubul
Ushul.
60.
Lawaqih
Al-Afkar fi Syarh Thowali’ Al-Anwar, fan ilmu kalam.
61.
Al-Lu’lu’
Al-Nadzim fi Roum Al-Ta’allum wa At-Ta’lim.
62.
Mukhtashor
Adab Al-Qodho li Al-Ghuzzy.
63.
Mukhtashor
Badzl Al-Ma’un.
64.
Muqoddimah
fi Al-Kalam ‘Ala Al-Basmalah wa Al-Hamdalah.
65.
Al-Maqshod
li Talkhisi Ma fi Al-Mursyid, dalam fan ilmu qiro’at.
66.
Al-Manahij
Al-Kafiyah fi Syarh As-Syafiyah, fan Tashowwuf.
67.
Manhaj
At-Thullab.
68.
Manhaj
Al-Wushul ila Takhrij Al-Fushul, fan ilmu mawarits.
69.
Manhaj
Al-Wushul ila Ilmi Al-Fushul, fan ilmu mawarits.
70.
Nihayah
Al-Hidayah fi Syarh Al-Kifayah, dalam fan ilmu warits.
71.
Nahj
At-Tholib li Asyrof Al-Matholib.
72.
Hidayah
Al-Mutanassik wa Kifayah Al-Mutamassik.
1.
Epilog
Menegetahui biografi dan perjuangan para ualama’
terdahulu merupakan hal yang sangat penting.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
1.
As-Sakhowy,
Ad-Dhou Al-Lami’ li Ahli Al-Qorn At-Tasi’, Dar Maktabah Al-Hayat, Beirut.
2.
As-Sayuthy,
Nadzmu Al-‘Aqoyan fi A’yani Al-A’yan, Darul kutub Al-Ilmiyyah, Beirut.
3.
Jalaluddin
As-Sayuthi, Husnu Al-Muhadhoroh fi Akhbari Misro wa Al-Qohiroh, Darul kutub
Al-Ilmiyyah, Beirut, Cetakan: 1, Tahun 1997 M.
4.
Muhammad
bin Iyyas Al-Hanafi, Bada’iu Az-Zuhur fi Waqo’i Ad-Duhur, Tahqiq Muhammad
Mustofa, Al-Hai’ah Al-‘Ammah li Al-Kitab, Mesir, Tahun 1984 M.
5.
As-Sya’rony,
At-Thobaqot Al-Kubro, Darul kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, Cetakan: 1, Tahun 1990
M.
6.
Ibn
Tholun Al-Hanafi, Mit’atu Al-Adzhan min At-Tamattu’ bi Al-Aqron, Daru Shodir,
Beirut, Cetakan: 1, Tahun 1999 M.
7.
Muhyiddin
Al-‘Aidarusy, Tarikh An-Nur As-Safir ‘An Akhbar Al-Qorn As-‘Asyir, Darul kutub
Al-Ilmiyyah, Beirut, Cetakan: 1, 1985 M.
8.
Najmuddin
Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh fi ‘Ayan Al-Mi’ah Al-‘Asyiroh, Dar Al-Afaq
Al-Jadidah, Beirut, Cetakan: 2, Tahun 1979 M.
9.
Ibn
Al-‘Imad Al-Hambaly, Sadzarot Ad-Dzahab fi Akhbari Man Dzahab, Damaskus,
Beirut, Cetakan: 1, Tahun 1993 M.
10.
As-Syaukany,
Al-Badru At-Tholi’ bi Mahasini Man Ba’da Al-Qorni As-Sabi’, Dar Al-Ma’rifah,
Beirut.
11.
Khoiruddin
Az-Zarkily, Al-‘Alam, Dar Al-Ilmi, Beirut, Cetakan : 14, Tahun 1992 M.
*Thohirin Shodiq eL Syirbony : Mahasiswa Fakultas
Syari'ah wal Qonun ( Tingkat III ) Universitas Al Ahgaff, Tarim, Hadhramaut,
Republik Yaman.
[1] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/234, dan As-Sayuthy, Nadzmu Al-‘Aqoyan, h. 113, Ibn Iyyas, Bada’iu Az-Zuhur, 5/370, dan Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/196.
[2] As-Sayuthy, Nadzmu Al-‘Aqoyan, h. 113.
[3] Ibn Iyyas, Bada’iu Az-Zuhur, 5/370.
[4] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/234.
[5] Al-‘Aidarusy, Tarikh An-Nur As-Safir, h. 112.
[6] Ibn Tholun, Mit’atu Al-Adzhan min At-Tamattu’ bi Al-Aqron, 1/362.
[7] Ibn Al-‘Imad Al-Hambaly, Sadzarot Ad-Dzahab, 10/186.
[8] Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/196.
[9] Ibn Iyyas, Bada’iu Az-Zuhur, 5/371
[10] Az-Zarkily, Al-‘Alam, 3/46
[11] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 10/225.
[12] Ibn Iyyas, Bada’iu Az-Zuhur, 3/287.
[13] Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 3/221.
[14] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 7/235.
[15] Ibn Iyyas, Bada’iu Az-Zuhur, 5/371.
[16] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/234, dan Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/196, dan Al-‘Aidarusy, Tarikh An-Nur As-Safir, h. 112, dan As-Sya’rony, At-Thobaqot Al-Kubro, 2/111.
[17] Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/196.
[18] As-Sya’rony, At-Thobaqot Al-Kubro, 2/111. Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/196.
[19] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/235.
[20] Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/198.
[21] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/236.
[22] As-Sayuthi, Husnu Al-Muhadhoroh, 1/396, dan As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 8/212.
[23] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/236, Ibn Al-‘Imad
Al-Hambaly, Sadzarot Ad-Dzahab, 9/401.
[24] As-Sayuthi, Husnu Al-Muhadhoroh, 1/392, dan As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 8/127.
[25] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/237.
[26] Ibid.
[27] As-Sayuthi, Husnu Al-Muhadhoroh, 2/226.
[28] Al-‘Aidarusy, Tarikh An-Nur As-Safir, h. 115.
[29] Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/199.
[30] As-Sya’rony, At-Thobaqot Al-Kubro, 2/113, dan Ibn Iyyas, Bada’iu Az-Zuhur, 5/370, dan Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/206,
[31] Az-Zarkily, Al-‘Alam, 3/46.
[24] As-Sayuthi, Husnu Al-Muhadhoroh, 1/392, dan As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 8/127.
[25] As-Sakhowi, Ad-Dhou Al-Lami’, 3/237.
[26] Ibid.
[27] As-Sayuthi, Husnu Al-Muhadhoroh, 2/226.
[28] Al-‘Aidarusy, Tarikh An-Nur As-Safir, h. 115.
[29] Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/199.
[30] As-Sya’rony, At-Thobaqot Al-Kubro, 2/113, dan Ibn Iyyas, Bada’iu Az-Zuhur, 5/370, dan Najmuddin Al-Ghuzzy, Al-Kawakib As-Sai’roh 1/206,
[31] Az-Zarkily, Al-‘Alam, 3/46.
0 comments:
Post a Comment